CLICK HERE FOR BLOGGER TEMPLATES AND MYSPACE LAYOUTS

Minggu, 19 April 2009

Kurang, Perhatian terhadap Anak Autisme

Kamis, 2 April 2009 | 22:02 WIB

Laporan wartawan KOMPAS Defri Werdiono

YOGYAKARTA, KOMPAS.com — Perhatian pemerintah terhadap pendidikan anak penyandang autis dirasa masih kurang. Padahal, jumlah anak autis cukup banyak, sementara mereka memerlukan model pendidikan yang berbeda dengan anak lain. Muhammad Yasin, Kepala Sekolah Luar Biasa (SLB) Autis Bina Anggita, mengatakan, selama ini pihak sekolah lebih sering membiayai kegiatan operasional pendidikan secara swadaya. Meski disesuaikan kebutuhan, acap kali subsidi dari pemerintah tidak bisa diandalkan untuk memenuhi semua pembiayaan. "Memang ada subsidi dari pemerintah, misalnya, ketika kita butuh dana sekian maka diberi dengan catatan harus mengirimkan proposal. Namun, subsidi itu terkadang tidak sebanding dengan biaya yang harus kami keluarkan, termasuk untuk melengkapi fasilitas," ujar Yasin di sela-sela aksi damai menyambut hari peduli Autis Sedunia, di Yogyakarta, Kamis (2/4). Aksi tersebut diikuti guru, orangtua, dan murid SLB Bina Anggita. Jumlah anak usia sekolah penyandang autis di Provinsi DI Yogyakarta diperkirakan lebih dari 100 anak. Sebagian dari mereka kini tengah mengenyam pendidikan di lima sekolah, yaitu SLB Austisme Fajar Nugraha, SLB Autis Dian Amanah, SLB Fedovios, dan SLB Citra Mulya Mandiri, serta Bina Anggita. Menurut Yasin, pendidikan bagi anak autis memerlukan penanganan yang kompleks. Untuk mendukung perkembangannya diperlukan berbagai fasilitas yang harganya cukup mahal, mulai dari terapi sensorik integrasi, terapi wicara, hingga ruang kesehatan khusus dan fasilitas pendukung untuk mengembangkan bakat anak. Proses belajar mengajarnya pun memerlukan waktu cukup lama. Ia mencontohkan proses pendidikan di SLB Autis Bina Anggita yang memiliki 32 murid berlangsung mulai pukul 08.00 hingga 17.00 dengan jumlah guru 19 orang yang bekerja berdasar pembagian waktu (shift). Indarti dan Ervi Diah K, keduanya guru di SLB Autis Bina Anggita, mengatakan bahwa mengajar anak autis tak semudah anak normal. Mereka memerlukan perhatian lebih. "Jadi, kami memang harus sabar dan melakukan itu semua dengan hati," ujar Indarti. Memanfaatkan hari peduli autis sedunia ini, SLB Bina Anggita mengadakan rangkaian kegiatan, seperti outbound dan family gathering, konsultasi kesehatan, serta konsultasi seksual dan pubertas anak autis. Semua itu dimaksudkan untuk memberikan informasi kepada masyarakat tentang keberadaan anak autis dan mengadvokasi pemerintah agar memberikan perhatian yang memadai terhadap remaja dan anak penyandang autisme.

Sumber http://kesehatan.kompas.com/read/xml/2009/04/02/22021798/kurang.perhatian.terhadap.anak.autisme

0 komentar: