CLICK HERE FOR BLOGGER TEMPLATES AND MYSPACE LAYOUTS

Selasa, 17 Maret 2009

Peranan seorang Guru dalam pembinaan siswa

Agar pelaksanaan Pakem berjalan sebagaimana diharapkan, John B. Biggs
and Ross Telfer, dalam bukunya “The Process of Learning”, 1987, edisi
kedua, menyebutkan paling tidak ada 12 aspek dari sebuah pembelajaran
kreatif, yang harus dipahami dan dilakukan oleh seorang guru yang baik
dalam proses pembelajaran terhadap siswa:

1. Memahami potensi siswa yang tersembunyi dan mendorongnya untuk
berkembang sesuai dengan kecenderungan bakat dan minat mereka,

2. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk belajar meningkatkan rasa
tanggung jawab dalam melaksanakan tugas dan bantuan jika mereka
membutuhkan,

3. Menghargai potensi siswa yang lemah/lamban dan memperlihatkan
entuisme terhadap ide serta gagasan mereka,

4. Mendorong siswa untuk terus maju mencapai sukses dalam bidang yang
diminati dan penghargaan atas prestasi mereka,

5. Mengakui pekerjaan siswa dalam satu bidang untuk memberikan
semangat pada pekerjaan lain berikutnya.


6. Menggunakan kemampuan fantasi dalam proses pembelajaran untuk
membangun hubungan dengan realitas dan kehidupan nyata.

7. Memuji keindahan perbedaan potensi, karakter, bakat dan minat serta
modalitas gaya belajar individu siswa,

8. Mendorong dan menghargai keterlibatan individu siswa secara penuh
dalam proyek-proyek pembelajaran mandiri,

9. Menyatakan kapada para siswa bahwa guru-guru merupakan mitra mereka
dan perannya sebagai motivator dan fasilitator bagi siswa.

10. Menciptakan suasana belajar yang kondusif dan bebas dari tekanan
dan intimidasi dalam usaha meyakinkan minat belajar siswa,

11. Mendorong terjadinya proses pembelajaran interaktif, kolaboratif,
inkuiri dan diskaveri agar terbentuk budaya belajar yang bermakna
(meaningful learning) pada siswa.

12. Memberikan tes/ujian yang bisa mendorong terjadinya umpan balik
dan semangat/gairah pada siswa untuk ingin mempelajari materi lebih dalam.

Selanjutnya bentuk-bentuk pertanyaan yang dapat menggugah terjadinya
“pembelajaran aktif,kreatif, efektif dan menyenangkan” (Pakem), bisa diterapkan antara
lain dalam salah satu 3 kegiatan belajar kelompok (studi kasus). Menurut Wassermen (1994),
pertanyaan-pertanya an yang memerlukan pemikiran yang dalam untuk sebuah solusi atau yang bersifat mengundang, bukan instruksi atau memerintah. Misalnya dengan menggunakan kata kerja : menggambarkan, membandingkan, menjelaskan, menguraikan atau dengan menggunakan kata-kata: apa, mengapa atau bagaimana dalam kalimat bertanya. Berikut adalah beberapa contoh bentuk pertanyaan yang bisa memberikan respon kreatif terhadap pertanyaan-pertanya an tersebut.

1. Jelaskan bagaimana situasi ini bisa ditangani secara berbeda ?

2. Bandingkan situasi ini dengan situasi sekarang !

3. Ceriterakan contoh yang sama dengan pengalaman Anda sendiri !

Para siswa bisa juga diminta untuk menjawab sejumlah pertanyaan yang
nampaknya sesuai dengan semua skenario. Contoh pertanyaan-pertanya an
berikut dapat memprovokasi siswa untuk berpikir tentang kasus yang
dibahas.

1. Apa yang Anda bayangkan sebagai kemungkinan dari akibat tindakan
tersebut ?

2. Dengan melihat kebelakang, bagaimana Anda menilai diri Anda sendiri ?

3. Dengan mengatakan yang sesungguhnya, apa kesimpulan Anda tentang
isu penting itu ?

Proses pembelajaran akan berlangsung seperti yang diharapkan dalam
pelaksanaan konsep ,Pakem jika peran para guru dalam berinteraksi dengan siswanya selalu
memberikan motivasi, dan memfasilitasinya tanpa mendominasi, memberikan kesempatan untuk
berpartisipasi aktif, membantu dan mengarahkan siswanya untuk mengembangkan bakat dan minat
mereka melalui proses pembelajaran yang terencana. Perlu dicatat bahwa tugas dan tanggung jawab utama para guru dalam paradigma baru pendidikan “bukan membuat siswa belajar”tetapi “membuat
siswa mau belajar”, dan juga “bukan mengajarkan mata pelajaran” tetapi “mengajarkan cara bagaimana mempelajari mata pelajaran “. Prinsip pembelajaran yang perlu dilakukan: “Jangan meminta siswa Anda hanya untuk mendengarkan, karena mereka akan lupa. Jangan membuat siswa Anda memperhatikan saja, karena mereka hanya bisa mengingat. Tetapi yakinkan siswa Anda untuk melakukannya, pasti

mereka akan mengerti”.

Penilaian Hasil Belajar.

Sebuah pertanyaan untuk direnungkan.

Apakah sebuah “Penilaian Mendorong Pembelajaran ?” atau apakah “pembelajaran itu untuk
mempersiapkan sebuah tes ? ” atau apakah ‘Pembelajaran dan Tes’ tersebut dilakukan guna mendapatkan pengakuan tentang kompetensi yang diperlukan siswa atau sekolah? Dalam pelaksanaan konsep Pakem, penilaian dimaksudkan untuk mengukur tingkat keberhasilan siswa, baik
itu keberhasilan dalam proses maupun keberhasilan dalam lulusan (output). Keberhasilan proses dimaksudkan bahwa siswa berpartisipasi aktif, kreatif dan senang selama mengikuti kegiatan pembelajaran. Sedangkan keberhasilan lulusan (output) adalah siswa mampu menguasai sejumlah kompetensi dan standar kompetensi dari setiap Mata Pelajaran, yang ditetapkan dalam sebuah kurikulum. Inilah yang disebut efektif dan menyenangkan. Jadi, penilaian harus dilakukan dan diakui secarakomulatif. Penilaian harus mencakup paling sedikit tiga aspek :
pengetahuan, sikap dan keterampilan. Ini tentu saja melibatkan
Professional Judgment dengan memperhatikan sifat obyektivitas dan
keadilan. Untuk ini, pendekatan Penilaian Acuan Norma (PAN) dan
Penilaian Acuan Patokan (PAP) merupakan pendekatan penilaian
alternatif yang paling representatif untuk menentukan keberhasilan
pembelajaran Model Pakem.

Media dan bahan ajar. “Media dan Bahan Ajar” selalu menjasi penyebab
ketidakberhasilan sebuah proses pembelajaran di sekolah. Sebuah
harapan yang selalu menjadi wacana di antara para pendidik/guru kita
dalam melaksanakan tugas mengajar mereka di sekolah adalah tidak
tersedianya ‘media pembelajaran dan bahan ajar’ yang cukup memadai.
Jawaban para guru ini cukup masuk akal. Seakan ada korelasi antara
ketersediaan ‘media bahan ajar’ di sekolah dengan keberhasilan
pembelajarn siswa. Kita juga sepakat bahwa salah satu penyebab
ketidakberhasilan proses pemblajarn siswa di sekolah adalah kurangnya
media dan bahan ajar. Kita yakin bahwa pihak manajemen sekolah sudah
menyadarinya. Tetapi, sebuah alasan klasik selalu kita dengar bahwa
“sekolah tidak punya dana untuk itu”!.

Dalam pembelajaran Model Pakem, seorang guru mau tidak mau harus
berperan aktif, proaktif dan kreatif untuk mencari dan merancang
media/bahan ajar alternatif yang mudah, murah dan sederhana. Tetapi
tetap memiliki relevansi dengan tema mata pelajaran yang sedang
dipelajari siswa. Penggunaan perangkat multimedia seperti ICT sungguh
sangat ideal, tetapi tidak semua sekolah mampu mengaksesnya. Tanpa
merendahkan sifat dan nilai multimedia elektronik, para guru dapat
memilih dan merancang media pembelajaran alternatif dengan menggunakan
berbagai sumber lainnya, seperti bahan baku yang murah dan mudah di
dapat, seperti bahan baku kertas/plastik, tumbuh-tumbuhan, kayu dan
sebagainya, guna memotivasi dan merangsang proses pembelajaran yang
kreatif dan menyenangkan.

Dalam kesempatan melakukan studi banding di Jerman, saya melihat
bagaimana seorang guru fisika di sebuah Sekolah Kejuruan (Berlin)
menggunakan alat peraga simulasi (Holikopter) yang dibuat dari kertas
karton yang diapungkan didepan kelas dengan menggunakan sebuah blower
untuk memudahkan para siswa dalam memahami prinsip-prinsip yang
berkaitan dengan mata pelajaran fisika tersebut. Proses
pembelajarannya mudah dipahami dan sangat menyenangkan. Media simulasi
ini tidak dibeli sudah jadi, tetapi dirancang oleh seorang guru mata
pelajaran fisika itu sendiri. Saya kira inilah yang disebut guru yang
kreatif. Jadi, model ‘pembelajaran aktif, kreatif, efektif dan
menyenangkan’ , atau yang kita sebut dengan PAKEM itu tidak selalu
mahal. Unsur kreatifitas itu bukan terletak pada produk/media yang
sudah jadi, tetapi lebih pada pola fikir dan strategi yang digunakan
secara tepat oleh seorang guru itu sendiri dalam merancang dan
mengajarkan materi pelajarannya.

Dalam merancang sebuah media pembelajaran, aspek yang paling penting
untuk diperhatikan oleh seorang guru adalah karakteristik dan modalitas gaya belajar
individu peserta didik, seperti disebutkan dalam pendekatan ‘Quantum Learning’ dan Learning Style
Inventory’. Media yang dirancang harus memiliki daya tarik tersendiri guna merangsang proses
pembelajaran yang menyenangkan. Sementara ini media pembelajaran yang relatif cukup
representatif digunakan adalah media elektronik (Computer - Based Learning). Selanjutnya
skenario penyajian ‘bahan ajar’ harus dengan sistem modular dengan mengacu pada pendekatan Bloom
Taksonomi. Ini dimaksudkan agar terjadi proses pembelajaran yang terstruktur, dinamis
dan fleksibel, tanpa harus selalu terikat dengan ruang kelas, waktu dan/atau guru. Perlu
dicatat bahwa tujuan akhir mempelajari sebuah mata pelajaran adalah agar para siswa memiliki kompetensi sebagaimana ditetapkan dalam Standar Kompetensi (baca Kurikulum Nasional). Untuk itu
langkah/skenario penyajian pembelajarn dalam setiap topik/mata pelajaran harus dituliskan secara jelas dalam sebuah Modul. Dengan demikian diharapkan para siswa akan terlibat dalam proses pembelajaran
tuntas (Mastery Learning) dan bermakna (Meaningful Learning).

Sumber : http://hbis.wordpress.com/2008/11/05/peranan-seorang-guru-dalam-pembinaan-siswa/

0 komentar: