CLICK HERE FOR BLOGGER TEMPLATES AND MYSPACE LAYOUTS

Kamis, 14 Mei 2009

Inti dari Mengajar adalah Memotivasi

Senin, 16 Maret 2009 20:33:46 - oleh : redaksi
ABDUL HALIM MAg
Dengan wajah lesu, seorang guru keluar dari kelas. Nampak ia gusar lantaran dalam KBM yang baru dilakukan mengalami kegagalan. Dari wajahnya, rasa capek dan hampir putus asa terlihat, apalagi satu bulan sepuluh hari kedepan sudah ujian nasional. ”Diremidi pada materi yang sama dan berulang-ulang, bahkan hingga 5 kali tetap nilainya belum tuntas,” gusarnya dengan wajah memerah.
Sebagai kepala sekolah, penulis beberapa kali mengamati tidak kurang sepuluh guru terkait dengan motivasi mereka sebelum mengajar. Hasilnya cukup mengejutkan, hanya 10 persen saja guru yang memulai pembelajaran dengan motivasi lebih pada peserta didiknya. Padahal peran motivasi ini sangat memengaruhi keberhasilan kegiatan belajar mengajar di kelas. Bagi penulis, inti dari mengajar adalah memotivasi.
Penelitian William James mengungkap bahwa seseorang akan dapat menggunakan hampir 80 persen kemampuan mereka apabila ia termotivasi dengan baik. Pada kondisi gagal sekalipun, mereka akan melipatgandakan upaya sampai benar berhasil. Tidak mengherankan bila siswa yang memiliki motivasi tinggi cenderung berhasil dalam tugas-tugas sekolahnya dan cenderung lebih pintar sewaktu kelak menjadi dewasa.
Maka seorang guru harus jeli sebelum menyampaikan pelajaran. Alangkah baiknya melihat satu persatu kondisi peserta didik. Kadang ada siswa yang masih ngoroti pensil, ada yang tegang, ada yang mengantuk, dan ada juga yang masih mengerjakan PR karena begitu takutnya akan hukuman. Menghadapi situasi ini salah satu cara mencairkan suasana dengan menanyakan kabar; ”Anak-anak, apa kabar hari ini?”
Selanjutnya saat menyampaikan pelajaran, guru hendaknya lebih dulu menyampaikan materi apa yang akan kita pelajari termasuk apa manfaatnya dan ruginya bila tidak menyimak. Ini penting untuk memastikan kondisi anak siap menerima pelajaran juga dalam rangka menyertakan dan memikat merekasehingga menciptakan jalinan dan kepemilikan bersama untuk menumbuhkan “kebutuhan untuk mengetahui”.
Penulis sering menjumpai guru datang tanpa persiapan. Setelah salam guru langsung memerintahkan anak untuk membuka LKS; halaman sekian, kerjakan poin A, B dan C. Setelah itu guru sibuk dengan LKG (lembar kerja guru), entah itu menyelesaikan LPJ kepanitiaan yang belum rampung atau mengerjakan persiapan mengajar yang sering diingatkan kepala sekolah, atau kesibukan yang lainnya.
Malah ada guru ketika selesai menjawab salam langsung memberi tugas dengan sistem CTL. Tapi bukan Contextual Teaching and Learning melainkan Catat Tinggal Lungo; siswa diberi tugas mencatat lalu di tinggal pergi karena suatu urusan guru yang belum terselesaikan. Kalau tidak begitu, guru menerapkan sistem CBSA (Catat Buku Sampai Abis). Model seperti ini bisa diibaratkan pertandingan sepakbola.
Anak-anak belum melakukan pemanasan dalam pembelajaran, langsung menuju medan pertandingan. Bisa dipastikan mereka cepat lelah, konsentrasinya tidak bertahan lama dan merasa jenuh dengan model pembelajaran yang demikian. Sekali lagi disinilah pentingnya motivasi di awal pelajaran. Bila akar motivasi tertanam kuat pada diri anak, maka pelajaran 2 jam terasa 2 menit, terlontarlah kata-kata ”Lho kok sudah selesai, Bu”.
Motivasi membuat siswa enjoy, dan enjoy membuat siswa siap belajar dengan lebih mudah, dan bahkan dapat mengubah sikap negatif, seperti malas, jenuh, cepat lelah dan sebagainya. Dengan motivasi yang kuat, seorang guru berhasil mengantarkan muridnya 20 kali lebih cepat dari sang guru. Dengan kekuatan motivasi, seorang murid mampu, betah belajar di bawah atap yang bocor (laskar pelangi).
Bisakah kita sebagai guru meracik kata demi kata untuk memotivasi siswa, sehingga menjadi obat kuat yang mujarab menghilangkan rasa malas, jenuh dan rasa kantuk di saat belajar dalam kelas?. Bisakah kita sebagai guru mampu mengubah pandangan mereka, dengan terlebih dahulu memulai dari kita dengan pandangan yang positif, sehinga mereka benar-benar menjadi murid yang istimewa baik akademik maupun non akademik?
Bisakah kita sebagai guru, mampu menjadi teladan sehingga mereka tidak hampa dalam mencari jati diri mereka secara nyata? Maka saatnyalah mulai dari sekarang, kita harus berupaya untuk melakukan seoptimal dan semaksimal mungkin. Semoga!

*) Kepala MI Al Fattah Kota Malang
Sumber : http://www.koranpendidikan.com/artikel/2860/inti-dari-mengajar-adalah-memotivasi.html

0 komentar: