CLICK HERE FOR BLOGGER TEMPLATES AND MYSPACE LAYOUTS

Senin, 11 Mei 2009

Mengenal Karakteristik Siswa

Seperti halnya saat kita menonton sebuah film, di dalamnya terdapat karakter-karakter tokoh film yang beragam, maka dalam pembelajaran pun terdapat karakter-karakter siswa yang mungkin jauh lebih beragam. Jika anda menyaksikan film Laskar Pelangi atau membaca novelnya karya Andrea Hirata, maka disana anda akan menemukan 10 karakter siswa yang berlainan. Mulai dari latar belakang sosialnya, ekonomi, kemampuan intelegen, bakat, motivasi belajar, dll.
Siswa memang secara alamiah memiliki karakteristik yang berbeda. Dan ragam karakteristik ini ternyata mempengaruhi bagaimana hasil implementasi desain pembelajaran yang telah anda rancang. Oleh karenanya mengenal karakteristik siswa sangatlah penting dalam proses pembelajaran. Dengan mengenal karakteristik siswa, maka dapat diketahui kualitas perseorangan dan menjadi petunjuk dalam mengelola strategi pembelajaran.
Penyusunan rancangan pembelajaran selain mempertimbangkan teori belajar juga semestinya memperhatikan karakteristik siswa yang akan menjadi sasarannya.
Pernahkah anda sadari bahwa siswa yang ada dalam kelas anda sangat beragam. Sebagian mungkin sudah tahu tentang apa yang kita sampaikan, namun sebagian yang lain mungkin justru belum tahu sama sekali. Untuk mengatasi hal ini menurut Suparman,2001 terdapat tiga cara yaitu siswa menyesuaikan dirinya dengan materi pelajaran, atau materi pelajaran disesuaikan dengan siswa atau penyesuian pada keduanya.
Perilaku Awal
Setiap siswa dapat dipastikan telah memiliki prilaku atau kemampuan awal sebelum mengikuti kelas anda. Dan dengan mengidentifikasi kemudian memanfaatkannya maka proses belajar di kelas anda akan lebih bermakna.
Reigeluth, seorang pakar pendidikan mengidentifikasi 7 jenis kemampuan awal yang dapat dipakai untuk memudahkan perolehan, pengorganisasian, pengungkapan kembali pengetahuan baru.
•Pengetahuan bermakna tak terorganisasi (arbitrarily mean¬ingfull knowledge), sebagai tempat mengaitkan pengetahuan hafalan (yang tak bermakna) untuk memudahkan retensi. Pengetahuan bermakna tak terorganisasi merupakan pengetahuan yang sama sekali tidak ada kaitannya dengan pengetahuan baru yang akan dipelajari. Sebagai kemampuan awal, pengetahuan jenis ini akan amat berguna untuk mengingat pengetahuan-pengetahuan hafalan dan pengetahuan yang tak bermakna. Telah diketahui bahwa pengetahuan bermakna tak terorganisasi dapat digunakan untuk membuat kaitan-kaitan yang akan sangat memudahkan mengingat kembali pengetahuan baru bila diperlukan kemudian. Bagaimanapun juga, pengetahuan-pengetahuan yang termasuk jenis ini akan amat berarti bagi siswa sebagai alat untuk memudahkan belajar, apabila ia telah dikuasai benar, atau telah mencapai taraf siap pakai.
•Pengetahuan analogis (analogic knowledge), yang mengait¬kan pengetahuan baru dengan pengetahuan lain yang amat serupa yang berada di luar isi yang sedang dibicarakan. Pengetahuan analogis serupa dengan pengetahuan coordinate, kecuali bahwa pengetahuan analogis berada di luar konteks yang akan dipelajari. Mengaitkanpengetahuan baru dengan pe¬ngetahuan analogis yang telah dimiliki oleh siswa dapat memudahkan perolehan pengetahuan baru itu. Namun demikian, ini akan bermanfaat apabila siswa telah berhasil belajar bagaimana menggunakan analogi untuk memudahkannya dalam belajar, pengaitan tersebut juga akan dapat membantu pengintegrasian struktur-struktur pengetahuan yang terpisah agar terorganisasi menjadi suatu struktur kognitif yang lebih utuh.
•Pengetahuan tingkat yang lebih tinggi (superordinate knowledge), yang dapat berfungsi sebagai kerangka cantolan bagi pengetahuan baru. Contoh soal, tentang belajar konsep dan prinsip, mengungkapkan bahwa pengetahuan tingkat yang lebih tinggi atau pengetahuan superordinate membawahi (subsumes) pengetahuan-pengetahuan yang akan dipelajari. Dengan kata lain, pengetahuan yang akan dipelajari dapat dipandang sebagai pengetahuan-pengetahuan yang lebih rinci atau lebih kompleks jika dibandingkan dengan pengetahuan super¬ordinate.
•Pengetahuan setingkat (coordinate knowledge), yang dapat memenuhi fungsinya sebagai pengetahuan asosiatif dan/atau komparatif. Pengetahuan setingkat (coordi¬nate knowledge} merupakan pengetahuan yang memiliki tingkat keumuman atau kekhususan yang sama dengan pengetahuan yang dipelajari. la juga harus erat sekali terkait dengan penge¬tahuan yang akan dipelajari. Bila diungkapkan lebih cermat, contoh-contohnya harus dapat dibedakan dengan contoh-contoh pengetahuan baru, dan pengetahuan superordinatenya harus sama dengan pengetahuan superordinate pengetahuan baru yang dipelajari.
•Pengetahuan tingkat yang lebih rendah (subordinate know¬ledge), yang berfungsi untuk mengkonkritkan pengetahuan baru atau juga penyediaan contoh-contoh.
•Pengetahuan tingkat yang lebih rendah (subordinate knowledge) merupakan kebalikan dari pengetahuan tingkat yang lebih tinggi (su¬perordinate knowledge). Pengetahuan tingkat yang lebih rendah memiliki fungsi yang sama dengan pengetahuan yang didapat dari pengalaman (experiential knowledge).
•Pengetahuan pengalaman (experiential knowledge), yang memiliki fungsi sama dengan pengetahuan tingkat yang lebih rendah, yaitu untuk mengkonkritkan dan menyediakan con¬toh-contoh bagi pengetahuan baru.
•Pengetahuan pengalaman mengacu kepada ingatan seseorang pada peristiwa-peristiwa atau objek-objek khusus (diacukan sebagai contoh-contoh dalam teori pembelajaran) dan yang disimpan dalam experiential data base. Perbedaan utama antara pengetahuan pengalaman dengan penge¬tahuan tingkat lebih rendah adalah bahwa pengetahuan pengalaman selalu mengacu kepada contoh-contoh atau kasus-kasus khusus, se¬dangkan pengetahuan tingkat yang lebih rendah selalu merupakan pengetahuan yang dapat digeneralisasi (seperti; konsep, prosedur, dan prinsip, masing-masing memiliki lebih dari satu contoh).
Sangat penting bagi siswa anda untuk mengorganisasi ingatan dimana pengetahuan baru dikaitkan dengan pengetahuan subordinate (baik jenis maupun bagian), dan diintegrasikan lebih lanjut ke dalam struktur kognitif yang sudah dimiliki siswa.
•Strategi kognitif (cognitive strategy), yang menyediakan cara-cara mengolah pengetahuan baru, mulai dari penyandian, penyimpanan, sampai pada pengungkapan kembali pengeta¬huan yang telah tersimpan dalam ingatan. Diantara beberapa kemampuan awal, strategi kognitif memiliki cara kerja yang paling berbeda. Strategi kognitif berfungsi membantu mekanisme pembuatan hubungan-hubungan antara pengetahuan baru dengan pengetahuan yang sudah dimiliki siswa.
Di saat pertemuan paling awal pada kelas anda, apakah pernah anda menanyakan hal-hal seperti asal sekolah yang akan mengacu pada asal daerah, sudah pernah mempelajari materi yang akan disampaikan, sedang bersemangat ataukah tidak siswa anda, dll.
Sering-seringlah mencari tahu tentang bagaimana keadaaan dan kondisi siswa-siswa anda. Selain bermanfaat bagi kelancaran proses pembelajaran bermakna, juga dapat menjalin keterikatan emosional antara anda dan siswa-siswa anda. Jika keterikatan emosional telah terjalin maka interaksi antara anda dan siswa-siswa yang ada di kelas anda akan berjalan harmonis. Seperti yang terjadi pada film Laskar Pelangi. Bahkan keharmonisan yang terjalin membekas hingga para siswa-siswa itu telah dewasa. Masih ingatkah anda pada guru anda sendiri?

Sumber : http://solusisekolah.net/?p=28

0 komentar: