CLICK HERE FOR BLOGGER TEMPLATES AND MYSPACE LAYOUTS

Kamis, 14 Mei 2009

Sistem Sudah Salah, Pengelolaan Tetap Lemah

Senin, 11 Mei 2009 17:26:15 - oleh : redaksi
Nasib lembaga pendidikan di bawah Depag, memang tak kunjung membaik. Apalagi bila dibanding sekolah dalam naungan naungan dinas pendidikan. Di Kota Kediri, sepanjang 2008 ini, kondisinya lebih miris. Bukan saja kurang suntikan dana, namun juga masih menjadi ‘anak tiri’ dalam geliat pendidikan. Hal ini seperi diungkap Sya`roni, MPdI, Kepala MTsN 1 Kediri.
Menurutnya pemberlakuan otonomi daerah ternyata tidak membuat Depag semakin mandiri. Betapa tidak, dari Rp 9,8 miliar APBD Kota Kediri untuk pendidikan, MI hingga MA, baik negeri maupun swasta hanya gigit jari. “Dengan otoda, sekolah-sekolah dibawah Depag lebih kuat kesan dinomorduakannya. Tidak ada bedanya antara MTs negeri maupun swasta,” ujar Sya`roni.
Alasan lain adalah struktural pendidikan dibawah Depag yang masih sentralistik. Disinyalir hal terebut yang menyebabkan anggaran dari pemerintah setempat, hanya mengalir pada dinas pendidikan dan lembaga pendidikan dibawahnya. Depag memiliki alur tersendiri dalam pengucuran anggaran. Itupun ditambahkan Sya`roni, hanya sebagian kecil saja yang akhirnya sampai di sekolah.
“Ibarat kue, kita ini hanya kebagian potongan kecilnya saja. Saya bukannya menyalahkan Depag, sebab setahu saya anggaran yang jatuh di Depag juga kecil jika dibandingkan Dirjen Dikti dan Departemen Pendidikan Nasional. Kabarnya dana UI saja, lebih besar daripada anggaran untuk seluruh MTs se Indonesia,” lanjut Sya`roni.
Melihat kondisi ini, Ketua Student Crisis Centre Kota (SCC) Kediri, Ahmad Sidiq, SPd, menyatakan perlunya percepatan perataan anggaran antara lembaga pendidikan dibawah Dindik dan Depag. Sebab hal tersebut merupakan bentuk nyata pelaksanaan amanat undang-undang dasar.
“Jangan hanya karena beda departemen, lantas perlakuan yang diberikan berbeda. Keduanya masih berada dalam bingkai yang sama yaitu pendidikan formal. Pemkot Kediri seharusnya tidak berlarut-larut membiarkan lembaga pendidikan dibawah Depag hanya melulu mengandalkan dana BOS Depag, sebab pada beberapa sekolah hal tersebut nyata menghambat perkembangannya,” kata Sidiq.
Sidiq yang juga pengajar di MI Al Hidayah ini melanjtkan, kekurang berpihakan pemerintah setempat pada lembaga-lembaga pendidikan dibawah Depag, juga menjadi penyebab seretnya prestasi lembaga pendidikan terebut. Selain prestasi akademik, banyak kegiatan kompetitif yang juga tak kunjung mendapat perhatian.
“Kalau sekolah umum ada kegiatan seperti lomba kreatifitas, dana bisa bergulir begitu saja dari Pemkot Kediri. Namun giliran MI atau MTs, dana turun hanya dari Depag. Itupun jumlahnya minim, sebab anggaran Depag Kota juga sedikit,” tukas Sidiq.
Sementara itu, dari Kabupaten Kediri, kalangan pendidikan mengeluhkan minimnya kemampuan Depag dalam mengelola bidang pendidikan. Dwi Suparti, MPd, dari MTs Model Pare menyebutkan Depag dengan ciri keagamannya belum mampu menampilkan kegiatan pendidikan yang islami dengan pemanfaatn sumber belajar disekitarnya. Demikian halnya dengan pendidikan berbasis teknologi informasi. Depag masih berkutat dimodel pendidikan konvensional.
“Kualitas guru jarang diperhatikan dengan tidak adanya pelatihan-pelatihan yang bertahap. Banyak kegiatan Depag untuk para guru yang sebenarnya bersifat temporer,” terang Dwi..rer-KP

Sumber : www.koranpendidikan.com

0 komentar: