CLICK HERE FOR BLOGGER TEMPLATES AND MYSPACE LAYOUTS

Kamis, 14 Mei 2009

Terapi Anak Didik dengan Metode Ketenangan Hati

Senin, 4 Mei 2009 17:29:33 - oleh : redaksi
Profesi sebagai guru mengandung amanah untuk mengantarkan anak didik menjadi manusia yang dewasa, matang, dan mandiri. Dalam prosesnya, guru harus dapat memberikan pelayanan yang proporsional pada setiap anak didik dengan karakteristik pembelajaran yang tidak sama. Dalam kondisi nyata, guru memang menghadapi permasalahan perilaku anak didik yang tidak sesuai harapan.
Salah satu solusi pembelajaran yang bisa dilakukan guru untuk mengatasi karakteristik anak didik yang berbeda ini bisa dengan menggunakan pendekatan hati yang tenang. Karena dengan hati yang tenang bisa membuka hati pada jiwa-jiwa anak didik agar pada akhirnya dapat memberikan pencerahan. Anak pada masa perkembangannya menuju pada masa menjadi manusia dewasa memerlukan perhatian yang cukup signifikan dan berkelanjutan dari manusia dewasa dalam hal ini guru.
Karena guru adalah manusia pilihan yang telah ditunjuk Tuhan sebagai manusia yang mempunyai amanah mulia mencerdaskan anak sesuai dengan bakat atau talenta yang dibawanya sejak lahir sehingga mereka dapat tumbuh subur. Seperti petikan mantra dari sang Guru Ki Hajar Dewantara” Anak dilahirkan ibarat sebuah benih, dia akan tumbuh subur menjadi sebuh pohon yang mempunyai akar kokoh jika lingkungan di sekitarnya juga mendukung perkembangan benih itu”.
Pada saat anak belajar di sekolah, guru adalah orang tua kedua bagi mereka. Bahkan dalam hal ini guru memegang amanah sebagai pengajar, fasilitataor kebutuhan anak dan pendidik sehingga anak didik dapat menjadi manusia-manusia dewasa yang pembelajar secara aktif dan kreatif. Dalam hal ini mereka akan senantiasa mengolah, mengkostruksi pemikiran yang telah dimiliki dengan pembelajaran yang berlangsung sehingga berguna dalam mengantarkan anak menjadi generasi penerus bangsa yang cerdas.
Amanah tersebut merupakan tantangan tersendiri bagi guru. Karena pada saat kegiatan di sekolah, guru dihadapkan dengan setiap anak didik yang memiliki karakteristik berbeda-beda. Dan mereka membutuhkan pelayanan yang proporsional dari guru. Amanah guru menjadi lebih ekstra ketika guru dihadapkan dengan permasalahan anak didik yang memiliki perilaku menyimpang.
Perilaku menyimpang dalam hal ini dapat diartikan sebagai perilaku yang tidak sesuai atau kurang sesuai dengan peraturan yang berlaku. Dalam melakukan hal tersebut, anak didik tidak menyadari bahwa dirinya telah menyimpang. Sebagai tindak lanjut guru dalam mengatasi hal tersebut adalah dengan melakukan terapi. Terapi mujarab yang dapat dilakukan guru adalah terapi melalui berbicara dengan hati yang tenang yang tenang.
Hati yang tenang sebagai kunci sukses guru dalam berkomunikasi dengan anak didik yang memiliki perilaku menyimpang. Berbicara dengan hati yang tenang mampu menyentuh hati terdalam dari jiwa-jiwa anak didik, agar mereka merasa damai dan nyaman dengan komunikasi guru yang pada akhirnya dapat memberikan pencerahan pada anak didik. Karena kadang kalanya guru merasa sudah sering melakukan berbagai terapi, tetapi mengapa kadangkalanya hasil tidak sesuai dengan harapan.
Hal tersebut karena guru tidak menggunakan hati dalam berbicara dengan anak didik.
Dan hal penting yang perlu diperhatikan guru dalam berbicara dengan anak didik adalah guru menghindari pembicaraan yang bersifat memojokkan dan menjatuhkan mereka. Tindakan memojokkan dan menjatuhkan yang dilakukan guru dalam mengatasi anak yang bermasalah akan semakin memperburuk situasi dan tidak jarang anak akan melakukan tindakan menyimpang yang lebih parah lagi.
Karena ketika guru melakukan terapi dengan emosi yang tidak stabil, padahal saat itu anak tidak membutuhkan pemvonisan kesalahan yang dilakukannya. Tetapi yang dibutuhkannya adalah pencerahan yang dapat membuka mata hati anak didik yang pada saat itu gelap. Sebaliknya, guru berbicara sebagai teman yang dapat diajak anak didik untuk sharing tentang permasalahan mereka.
Misalnya, ketika anak melakukan pencurian barang milik temannya. Ketika guru mengetahui hal tersebut, guru memanggil anak tersebut secara empat mata, kemudian guru jangan langsung memvonis anak didik salah karena telah melakukan perbuatan menyimpang. Tetapi yang perlu dilakukan guru adalah bersikap tenang dan bertanya alasan yang melatarbelakangi anak didik melakukan hal tersebut.
Jika alasan anak didik mencuri karena faktor ekonomi, guru memberikan penjelasan bahwa perbuatan yang dilakukannya dalam mencukupi kebutuhan ekonominya kurang benar. Guru dapat memberikan masukan kepada anak didik melalui kisah-kisah nyata yang berhubungan dengan hal tersebut. Guru tidak banyak berbicara tetapi apa yang dikatakannya berasal dari hati sehingga menyentuh hati. Jika hal tersebut dapat dilakukan guru, amanah yang berada di pundak guru akan mudah dijalani seperti air yang mengalir. Usaha yang dapat dilakukan guru untuk dapat mengolah dan mempertajam berbicara dengan hati yang tenang adalah senantiasa mencari dan mencari ilmu pada siapapun, dimanapun dan kapanpun. Karena setiap manusia yang ditemui adalah guru kehidupan yang dapat memberikan ilmunya pada guru. Sehingga dari ilmu yang diperolehnya tersebut pada awalnya akan dapat memberikan pencerahan pada guru, yang pada akhirnya cahaya tersebut dapat bersinar menerangi alam kehidupan sekitarnya. (*)

*) Pengajar di SDN Penanggungan Malang
Sumber : http://www.koranpendidikan.com/artikel/3334/terapi-anak-didik-dengan-metode-ketenangan-hati.html

0 komentar: